Halaman

Minggu, 14 November 2010

Another love story - M.D.S part 1

Sebuah helikopter mendarat dengan sempurna disebuah lahan hijau yang sangat indah, saat pintu helikopter itu terbuka terlihat gadis cantik dengan rambut panjang terurai dan mata biru yang indah dengan pakaian rapi serba putih itu ia berjalan dengan penuh keyakinan.. Dibelakangnya terdapat 3 orang pria kekar serba hitam yang siap melindunginya..

“Baiklah, aku sudah turun dari heli.. Bentar lagi aku akan sampai.. Tunggu sebentar..” kata gadis itu sambil tersenyum singkat..

Ia menulusuri jalan beton dengan karpet merah diatasnya masuk kedalam sebuah rumah besar yang tak dapat diukur seberapa besarnya.. Didalam rumah itu hi-tech dan dangat indah tak ternilai. Namun sepertinya keindahan bangunan ini tak mempengaruhinya sama sekali bahkan seperti terlihat biasa saja.

“Oh my dear, apakah perjalananmu baik-baik saja ? Kamu mohon maaf tifak bisa menyiapkan pesawat yang kau pesan dengan cepat, karena menurut perkiraan kamu sedang berada didaerah terpencil dan tak bisa kami datangi akibat tak ada lahan yang cukup besar...”

“It’s okay, bi “
Gadis itu kembali tersenyum dibalik wajahnya yang manis itu ia ternyata sengaja menyembunyikan wajah letih lesunya.. Ia hanya membalas pelukan ibu tua itu dengan lembut..

“Baiklah bi, Jean kembali ke kamar Jean ya...” kata gadis itu lagi, ya namanya Jean.. Jean Walt, satu-satunya pewaris Grup Walt yang menguasai pasaran dunia. Satu-satunya buah hati dari pendiri perusahaan Walt. Satu-satunya nona muda di rumah megah dan sebesar ini..
Jean meninggalkan ibu tua itu, nama ibu tua itu adalah Maria Hugnes, sering dipanggil Bi Maria yang merupakan ibu pengasuh Jean sejak kecil. Sebagai anak tunggal keluarga ini, Jean yang masih berumur 17 sudah haru bisa menguasai halyang telah dikuasai ayahnya.. Semenjak ibunya meniggal hidupnya berubah. Kisah pedih itu membawanya pada ujung jurang yang mengubahnya.

Jean tersenyum ketika banyak pembantu menyapanya lalu hanya berjalan lurus.. Ia naik kelantai 7 yang merupakan lantai private yang hanya bisa dimasuki orang-orang tertentu. Saat pintu lift itu terbuka, Jean melihat seorang pria yang sekiranya masih seumur dengannya. Pakainnya rapi dan parasnya rupawan, ia hanya tersenyum melihatnya lalu melaluinya..Namun ada perasaan aneh yang menghampirinya ketika ia melewati pria itu namun ia hanya mengabaikannya dan sekejap bayangannya tak terlihat lagi..
.....

Jean duduk santai di sofa kamarnya sambil sesekali menyemil kacang yang ada diatas meja.. Siang ini tak ada pekerjaan yang harus ia lakukan. Biasanya ia harus buru-buru keluar rumah untuk kedaerah terpencil dimana perusahaan ayahnya sedang dalam masalah...Tapi sepertinya hari ini ia bisa santai setelah beberapa saat jetlag.. Ia sungguh capek hingga baru bangun jam 10 pagi. Rambutnya sengaja dibiarkan basah karena baru mandi, ia tak suka dengan hair dryer yang menurutnya akan membuat rambutnya rusak. Badanya dibalut kaos putih polos dengan celana pendek yang santai. Cara berpakaian yang termasuk melanggar peraturan rumah seharusnya, ayahnya tidak suka wanita yang tidak rapi. Namun dibiarkannya santai siang ini, toh ayah jarang berada dirumah pikirnya..
........

“Nona, apakah anda mau sarapan ? Tidak baik hanya makan kacang, nanti kesehatan anda terganggu..”Ucap Bi Maria dengan penuh perhatian.. Jean menganguk lalu beberapa saat kemudia kereta makanan pun tiba, ia berjalan kearah meja makan yang ada dikamarnya dan semua makanan lezat tersedia disana.. Ia tersenyum mengucap terimakasih dan minta dirinya ditinggal.
......

“Sungguh membosankan..” katanya ketika mengamati makanan yang tersedia itu, ia pun meninggalkan meja dan menujusebuah ruangan. Ruangan yang penuh buku disana.. Buku tua yang mungkin buku untuk bisnis mungkin, namun setelah Jean menekan suatu tombol rak buku-buku tua itu bergeser sehinggga muncul cahaya biru darisana, ada sebuah ruangan lain disana.. Ia masuk lalu menutup pintu (rak buku) untuk mencegah orang tau dimana ia berada.. Ruangan itu penuh dengan buku juga, namun itu semua komik dan novel. Disudut ruangan juga ada home teater yang disekelilingnya banyak kaset drama korea-jepang-mandarin. Semua hobby ini ditutupi dari semua orang, ia takut mencoreng namanya sendiri yang sudah dibangunnya dengan susah payah.
........
Ia menghampiri sebuah rak, diambilnya komik percintaan favoritenya lalu keluar dari ruangan itu untuk memakan makanannya.. Namun langkahnya terhenti ketika mendapati seorang pria telah duduk dimeja makan dimana makannya berada, ia melempar komiknya kesembarangan arah lalu menghampiri pria itu...

.....
“Maaf, anda siapa ?”

Pria itu berbalik, pria lift itu rupanya. Tapi bagaimana ia bisa masuk kedalam kamarku ? Sungguh tidak sopan, pikirnya... “Tuan Jeremy memanggil anda...” ucapnya lalu berlalu pergi. Jean masih bingung apa yang harus dilakukannya, tumben ayahnya itu kembali kerumah. Ia buru-buru berlari ke ruangan pakaian, ia mengambil dress manisnya yang berwarna biru muda dengan sepasang hak putih manis itu lengkap dengan aksesorisnya.. Ia juga tak lupa mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.Tak mungki n menghampiri ayahnya dengan rambut yang basah.

Saat yakin dirinya siap dan cukup rapi, ia keluar dan melihat pria itu berada dipintu utama kamarnya. Rupanya ia belum pergi...
.....

“Kamu siapa ?”

“Kamu tidak perlu mengetahuinya sekarang, kita harus buru-buru pergi menemui Tuan Jeremy.”
Jean hanya menganguk pelan, dan mengikuti pria itu dari belakang...

“Masuk”

Jean dan pria itu masuk dan mendapati ayahnya dnegan pakaian rapi seperti biasa disilau kan oleh cahaya matahari yang masuk dari jendela besar diaman ayahnyaberdiri. Ia menghampiri ayahnya dan membungkuk perlahan diikuti pria itu sebagai ungkapan salam hormat. Ayah berbalik, wajah tampannya itu menutupi semua kerutan diwajahnya. Walaupun sudah berumur cukup tua, ayah terlihat sangat tampan dari sini. Pakaian Armani limited edition itu baru ia beli kemarin sepertinya, karena dimajalah pun belum keluar. Ayah memang sangat pemiih dalam pakaian, tak ada baju yang pernah dipakainya lebih dari 3 kali.

“Duduk.” Perintah Ayah, kami pun langsung duduk diatas sofa yang berada ditengah-tengah ruangan. Aku memperhatikan pria yang duduk disebelahku. Ia, ia mengapa terlihat sama seperti ayah ? Bahkan terlihat seperti cetakan yang sama, cuman wajahnya agak berbeda. Namun dari gaya bicara, sikap dan cara menatap sama.

“Jean, ayah ingin kamu tau sesuatu.” Ayah menatapku serius, “Jean, mungkin ii sulit bagimu. Ini juga sulit bagi kita bertiga. Ayah ingin memberitahumu bahwa..” Ayah berdiri, begitu juga pria yang duduk disebelahku menghampirinya dan berdiri sejajar dengannya...

“Pria ini, adalah J.Nama lengkapnya adalah J Walt.. J adalah ..” Ayah menepuk bahu J. Aku masih bingung dengan ucapan ayah. Memang kenapa kalau dia saudara, lagian biasanya ayah tak pernah menganggap serius ada maupun tidak adanyasaudara. Bahkan ayah menganggap saudaranya itu sampah dan pengemis yang dulu membuangnya. Tapi mengapa tatapan ayah berbeda ?

“Dia adalah J Walt. Dia adalah kakakmu, lebih tepatnya kakak tirimu.”
Sekarang dunia seakan telah terbelah menjadi dua.
....


“Maaf ayah, aku masih bisa belum bisa menerima hal yang kau katakan. Saya permisi.”
Aku membuka pintu dengan kasar, aku tak peduli ayah menganggapku tak sopan atau tidak. Ayah pikir ayah bisa seenaknya berselingkuh dengan orang lain setelah ibu meninggal. Apalagi aku kira pria itu hanya berbeda beberapa tahun denganku, bahkan mungkin sama denganku. !

Terus untuk apa aku berkorban waktu dan masa mudaku ? Toh akhirnya akan diberikan kepada J! Aku rela belajar private demi menjadi kebanggan ayah, dibenci orang karena idanggap sombong dan tak pantas. Aku benci ayah !

Jean menyusuri jalan menuju kamarnya, dengan mantap ia masuk kedalm kamarnya. Melemparkan tubuhnya keatas kasur empuk adalah satu cara dari sekian banya cara yang digunakannya untuk menenangkan dirinya

“Cklik” suara pintu bercode itu terbuka. Jean terkaget, ia bangun dan melihat keluar. Dan lagi-lagi melihat J disana, dengan sebal ia menghampirinya.

“Untuk apa kau disini ?”
“Kau tak perlu kesal akan keberadaanku, kau tak perlu menganggapku kakak atau bahkan bisa menganggapku tak ada. Dan tenang saja kedudukanmu sebagai pewaris utama takkan tergeser jika kau bisa mengalahkanku, Jika kau yakin dengan kemampuanmu sendiri. Kurasa tak ada hal perlu kau khawatirkan.”

Aku bergeming pelan, memang ada benarnya juga sih perkataannya. Tapi ada rasa tak mengenakkan yangkuarasakan jika melihatnya. Dan aku tak suka jika ia ada disisiku.

Maaf tiba-tiba menganggetkanmu, akan berita ini. Akupuntak menyangka hal ini terjadi. Dan jujur aku tak berniat mengahncurkan hidupmu, aku hanya ingin tau ayahku yang sebenarnya, dan lagipula aku takkan berada disini selamanya. Aku akan pergi secepatnya ketka rusanku dengan ayah selesai.” katanya cepat, aku menatapnya ragu. Apa benar ia tak berniat buruk padaku. Tapi tatapannya tajam membuatku meleleh dan tak dapat berpikir.

“Kau tak perlu pergi, tak adasalahnya menambah satu oran dirumah ini, Ada banyak kamar yang dapat kau tempati. Selama kau tak mengganguku. Selama kautak melakukan hal-hal yang aneh. Aku mungkin dapat menerimamu,,”

J tersenyum, “baiklah.. Itu maumu adik kecil.. Terima kasih atas tawaranmu itu. Aku akan teru berada disni, dan bersiaplah. Kita akan bertempur kedudukan pewaris dirumah ini.. Selamat siang, maaf menggangu acaramakan siangmu tadi. Aku sudah menyuruh orang untuk menghangatkannya. Jika kau mau datanglah keruang makan, aku akan berada disana nanti. Permisi”

Ia pergi, tak lama kemudian bayangannya tak terlihatlagi. Memang menyebalkan, mengapa aku bisa berbicara seperti itu ? Sudahlah, aku malas degan ribut dengan saudara sendiri. Lagi pula, ia takkan mengganguku, aku yakin dapat menang darinya. Jelas aku lebih berpengalaman darinya, jelas dia masih baru datang kedunia bisnis. Aku takkan kalah, takkan menyerahkan kedudukkan pewaris utama ketangannya.
.......
J tersenyum, bahwa ternyata dangat mudah menaklukan adik barunya itu. Lihat saja aku akan cepat menguasai rumah ini dan merebut segalanya. Merebut seglannya yang dari awal harusnya menjadi milikku.
....

Ia berjalan penuh keyakinan kearah ruang makan disana para koki dan pelayan sudah menyiapakan makan siang. Ia memang selalu tepat waktu, pukul 12 siang adalah waktu dimana ia harus makan jika tidak ia akan maag. Namun ketika duduk, ia melihat bangku kosong Jean. Ia akhirnya menyuruh seorang pelayan untuk memanggilnya. Dan terpaksa ia menunggu adik kecilnya itu.

Jean akhirnya masuk kedalam ruang makan itu, ia tak ingin ribut dengan kakak barunya. Perutnya juga sudah berteriak minta haknya, ia pun berjalan sopan dan duduk disebelah J. J tersenyum ditempatnya, Jean baru pertama kali merasa duduk amakn bersama seseorang yang dinamakan saudara. Dan hal itu terasa begitu aneh, namun lambat laun ia terbiasa akan hal itu. Ia menyantapspagethi bolognise kesukaannya, sedangkan J makan steak setenagh matangnya itu dengan nikmat. Acara makan itu berlangsung tanpa suara, karena selain berkonsentrsi pada makannya masing-masing tak ingin beriicara. Lantas Jean bingung, untuk apa kakak barunya ini memanggilnya untuk makan bersama. Hanya ingin mempererat tali persaudaraan ? Jika iya pun mengapa iatak berbicara, menyebalkan.

Siang itu mereka memakan habis makan siangmereka, tepat pukul 12 lebih 30 menit.
Jean beranjak dari tempat duduknya, “Jean, bisakah kau antar aku berkeliling rumah ini ?”
Jean berbalik dan menatap mata kakaknya yang bewarna coklat keemasan, seperti ayahnya. Ia pun menganguk, tak ada piihan lain pikirnya..
.............

“Ini GYM, kamu bisa olahraga disini sepuasnya. Dan disitu kolam renang yang cukup dalam ada fasilitas outdoor dan indoor kamu tinggal mengikuti petunjuk maka kamu bisa menemukan kedua kolam itu. Lalu jika kamu berbelok kesini kamu akan menemukan ruang sauna dan steam. Ada juga jaccuzi dan whirpool disana. Apakah kau mengerti ?”
J hanya mengangukkan kepalanya dan akhirnya pun Jean terus berjalan lalau beberapa saat kemudian mereka amsuk kedalam lift.

“Aku ingatkan kau, lantai satu bagian depan hanyalah tempat penerima tamu dan dibagian belakang ada show room tempat dimana mobil-mobil kita ada disana. Kau bisa memakai semuanya kecuali BMW putih punyaku. Di basement ada 2 lantai, itu tempat semua pembantu, pelayan, koki kita tinggal. Baru dilantai 2 ada ruang perpustakaan dan ruang musik yang cukup besar. Sedangkan lantai 3 adalah lantai yang tadi kita kunjungi, lantai untuk berolahraga, Dan papa lantai 4 adalah ruang makan dan dapur sedangkan dilantai 5 adalah ruang meeting dan kerja sedangkan dilantai 6 itu kamar papa dan tempat koleksi papa. Lantai 7 itu kamarku dan kamarmu, lantai 8-9 itu kamar tamu.. Lantai 10 itu isinya ruang wine,box office dan juga bar Lantai 11 itu ruang outdoor, tempat makan BBQ-an dan berbagai ayunan dan pondok disana. Oh ya, dilantai dua juga ada ruang skill. Apa kau mengerti ?”

J hanya menganguk pelan dan menperhatikan kata-kataku, sebebenarnya dia ini niat diajak keliling atau nggak sih ? Apa cuman mau ngerjain aku doang ?

“Kamu itu dengerin ga sih ?” tanya Jean galak.
J melihatnya sekilas lalu berpaling kedepan, “Aku mendengarmu.”

“Coba kau ulangi perkataanku tadi !”

“Lantai satu bagian depan hanyalah tempat penerima tamu dan dibagian belakang ada show room tempat dimana mobil-mobil kita ada disana. Aku bisa memakai semuanya kecuali BMW putih punyamu. Di basement ada 2 lantai, itu tempat semua pembantu, pelayan, koki kita tinggal. Baru dilantai 2 ada ruang perpustakaan dan ruang musik yang cukup besar. Sedangkan lantai 3 adalah lantai yang tadi kita kunjungi, lantai untuk berolahraga, Dan papa lantai 4 adalah ruang makan dan dapur sedangkan dilantai 5 adalah ruang meeting dan kerja sedangkan dilantai 6 itu kamar papa dan tempat koleksi papa. Lantai 7 itu kamarku dan kamarmu, lantai 8-9 itu kamar tamu.. Lantai 10 itu isinya ruang wine,box office dan juga bar. Lantai 11 itu ruang outdoor, tempat makan BBQ-an dan berbagai ayunan dan pondok disana. dilantai dua juga ada ruang skill. Puas? ” tanya J kepadaku, langkahnya terhenti. Jean berpikir mengapa kakaknya bisa begitu hapal ? Ia terkagum pada kakaknya itu.

“Hebat.. ! Baiklah, selesai lah tour kita.. Aku mau balik kekamarku. Permisi..” Jean memantapkan langkahnya meninggalkan J, perlahan bayangannya mengecil.

“Jean, jangan makan dikamar ya. Nanti makannya di ruang makan. Temenin aku.”
Jean berbalik sesaat, melihat kakaknya. Ia pun hanya menganguk lalu menlanjutkan ritual baca komiknya dikamar.
..........

Langkah Jean terdengar berat, ia makan kebanyakan malam ini. Pertama kalinya dalam hidupnya ia berbicara banyak dengan seseorang. Rupanya bukan berbicara seperti bercanda atau apa, namun Jean dan J malah meributkan dan memperdebatkan banyak hal.Bagaimana cara memakan, apa yang paling enak, sampai duel memakan habis semua makanan yang dimenangkan Jean. Akibatnya berat Jean mungkin naik beberapa kilo. J hanya senyum-senyum sambil memuji tak serius meihat Jean yang menang dalam duel makan terbanyak itu, maka Jean pun tambah kesal.

“Baiklah.. Apa kau puas mengerjaiku hari ini, kakak ?”

J hanya tersenyum nakal, Jean tak menyangka senyum akaknya itu mengapa begitu bisa manis dan memikat. Ia pun terkagum beberapa saat.

“Baiklah, aku kembali kekamarku..” kata Jean masuk kedalam kekamarnya karena tak kunjung mendapat jawaban dari kakaknya. Jean menelusuri kamarnya, menuju ruangan penuh buku dan membuka ruang hobby rahasianya. Lagi-lagi bunyi pintu terbuka terdengar, Jean sedikit panik. Apakah J kembali mencariku ? Bagaimana jika ia tau aku berada diruang rahasia ini ? Jean pun memutuskan untuk mengunci mulutnya.

“Jean ? Apakah kau ada didalam ? Kau pasti didalam. Tak mungkin kau keluar tanpa sepengathuanku. Karena dari tadi aku didepan pintu utama kamarmu.”
Suara J semakin mendekat keruangan ini, Jean semakin panik. “Aku tau kamu ada didalam sini. Apakah aku perlu mencari tau ruangan rahasia diruangan ini dan memberitahu ayah atau kau sendiri yang memberi tahu aku jadi aku tak perlu memberitahu ayah.”
Akhirnya dengan pasrah Jean menekan sebuah tombol dan rak buku pun bergeser. Jean melihat J disana. J yang penuh dengan senyum.

“Aku tahu pasti ada sesuatu yang menarik dibalik ruangan rahasiamu.” J pun mengitari ruangan, aku hanya diam ditempatku.

“Wah... Ini kan komik conan ? Lengkap banget ? Fairy tail juga ada ? Hebat ! Ini kans emua kesukaanku.. Kamu hebat ! Boleh aku pinjam ?”

Jean termangu bingung, ia tidak tau bahwa kakaknya itu memiliki hobby yang sama dengannya. Ia mengira kakaknya itu selalu sopan dan hanya menyukai hal2 yang berbau highclass..

“Apakah kamu sudah membeli conan yang terbaru ?” tanya J penuh antusias.. Aku menganguk,

“Ada dilemari itu, rak ke 5. Jika tak sampai kau bisa menyalakan mesin, maka rak itu dengan otomatis berputar.”

“Hebat.. Adekku ternyata memiliki selera yang cukup tinggi..” kata J cepat ketika mendapati komik conan terbaru ditangannya.

“Wah, kau punya home teater.. Apa yang biasa kamu tonton ? Ya ampun, masa drama korea-jepang-mandarin.. Eh tapi ini kan drama yang bagus. Wah ini juga.. Uda lama aku ga lihat drama ini.. Wah, kamu juga suka CSI ya ? Sama dong... Nonton bareng yukk...”

“Aku males ! Uda sana ! Balik kekamarmu sendiri !”
“Ayolah... Jangan begitu.. Aku pengen nonton drama ini.. Uda lama aku ga nonton drama ini.. Ayolah...”
“Ampun ! Kemana kakakku yang dingin tadi.. kenapa sih aku harus nemenin kamu terus.. Ya udah ! Pasang sana, aku ambil minuman dulu..”
J tersenyum riang, ia memasang home teater itu.. Jean menatap kakaknya perlahan sesaat setelah mengambil softdrink dari kulkas yang ada diruangan itu. Ia bingung dengan sikap J yang berubah-ubah, sungguh membingungkan.

“Cepetan.. ! Ayo !! Udah mau mulai...”
“Iyah-iyah..” kata Jean sambil tergopoh-gopoh membawa minuman dan duduk disebelah J. Tiba-tiba mukanya memerah ketika menyadari tubuhnya bersentuhan dengan J, bahkan tak ada jarak satu piko meter pun.. Jantungnya mulai tak beraturan, dan matanya tak terfokus di drama favoritnya Ia terus menatap J. Ada apa denganku ? Apa yang salahd enganku ? Mengapa aku bisa merasakan hal ini ?

.............

J tak dapat memusatkan pikirannya ke Jean, sejak tadi detak jantungnya tak beraturan, mukanya merah dan terasa panas. Tubuhnya bersentuhan dengan adiknya, mengapa ? Kenapa bisa ada perasaan seperti ini ? Kenapa ini bisa terjadi ? Perasaan apa ini ? J ! Jangan-jangan dirimu jatuh cinta pada Jean ?Jatuh cinta pada adikmu sendiri ? Jangan-jangan kamu jatuh cinta pada musub terbesar yang telah mengambil segalanya darimu ? Sadar! Sadar ! Kamu tak boleh ! Kamu tak boleh J ! Kau tak boleh !

.............

Sang surya memancarkan sinar yang hangat dan menyilaukan. J terbangun dan menyadari bahwa Jean tertidur dipundaknya, Home teateritu masih berjalan. Rupanya mereka berdua tertidur ditengah-tenag cerita. Ia melihat jam, pukul 7. Ia harus buru-buru pikirnya. Ia pun mengangkat Jean keluar kamar, menuju kasur Jean dan membaringkannya disana lalu menyelimutinya. Tak disangka saat ia beranjak pergi, Jean menggenggam tangannya dengan erat.

“Ma, aku baru tau bahwa punya keluarga itu membahagiakan. Apakah J adalah malaikat yang mama berikan kepadaku. Aku merasa sendiri ma.. Papa selalu mengabaikanku dan menganggapku mandiri. Aku benci menjadi anak ayah. Kenapa aku tak bisa disayangi seperti putri keluarga lain. Aku tak pernah mendapt kasih sayang yangdiberikannya semenjak mama meninggal. Aku kangen mama.. Aku kangen mama..” seru Jean histeris dengan berbulir-bulir air mata yang membasahi pipinya. J tak sanggup melepas dan meninggalkan Jean sendiri, ia pun menghampiri Jean.

“Aku takkan meninggalkanmu sendirian, Jean. Aku akan selalu berada disisimu. Sebagai pengganti mamamu. Selamat tidur” kata J sambil mengecup kening Jean lalu menghapus sisa-sisa air mata Jean. Jean terlihat tenang, lalu beberapa saat ia meregangkan genggamannya dan J dapat pergi.

.......

“Nona, bangun. Ini sudah siang. Anda mau sarapan dulu di kamar atau mandi dulu ?”
Jean tersadar dari tidurnya, tidur nyenyaknya Ia meregangkan badannya seolah sedang mengumpulkannya nyawanya. Ia tersenyum melihatsiang yang cerah lalu memalingkannya kearah Bi Maria, “Apakah Kak J sudah sarapan ?”

“Sudah, nona. Ia bangun pagi-pagi sekolah untuk pergi dengan tuan. Ia bilang kepada nona untuk tidak menunggunya untuk sarapan atau makan siang danjuga makan malam karena katanya tuan muda pulang malam atau bahkan tak pulang.”

Jean memanyunkan mulutnya beberapa senti, entah mengapa baru sehari bertemu tapi ia merasakan keberadaan J merasa sesuatu yang menjadi kebutuhannya setiap hari. Padahal kemarin ia sebal dengan keberadaan J dan bahkan ingin mengusirnya pergi jauh-jauh. Tapi, mengapa ia merasakan kehampaan siang ini ?

“Kalau begitu saya mau makan dikamar saja. Tinggalakan saya saja sendirian setelah selesai menyediakannya.”
“Baik nona..”

Bi Maria segera meningggalkan ruangan itu, Jean menghampiri kaca bening super besar itu. Ia menutup matanya karena silau. Tapi ia ingin tetap berada disitu, merasakan panas matahari yang akan benar-benar membuatnya tersadar. Beberapa saat kemudian ia menuju ruang makan dikamarnya, ia menemukan pancake blueberry dan segelas susu putih disana. Ia segera menyantap pancake yang terlihat lezat itu lalu meminum susu putih yang ternyata low fat itu..

Sekarang Jean beranjak dari tempat duduk dan mulai mandi, lalu berdandan secantik mungkin namun ia hanya menggunakan kaus berbahas katun lengkap dengan elana pendek yang membuatnya santai dan nyaman, ia tetap terlihat sangat cantik dengan balutan itu.. Ia pun sekarang berjalan kearah pintu ruang hobbynya. Belum dibersihkan oleh Bi Maria rupanya, yang tau ruangan ini kan hanya dia dan Bi Maria. Oh ya, ditambah J. Tiba-tiba ia teringat lagi akan kejadian mendebarkan semalam, disaat mereka berdua –Jean dan J- menonton adegan berciuman akibatnya mereka berdua sama-sama salah tingkah. Saat mereka sibuk memalingkan wajah, kepala mereka tidak sengaja terbentur, mereka berdua saling menyalahkan siapa yang menabrak duluan sampai akhirnya mereka tertidur karena malam semakin larut.

Jean malu mengakui kalau malam kemarin ia sangat gugup berada disebelah J. Ia hanya membereskan botol-botol soft drink yang mereka habiskan sambil mematikan home teater dan menutup jendela biar sisanya dilakukan Bi Maria pikir Jean. Beberapa saat kemudian ia sadar bahwa ia membuang salah satu komiknya kearah tak beraturan waktu J datang memanggilnya kemarin. Jean pun buru-buru mencarinya.

“Ya ampun, aku kira hilang.”
Komik bersampul biru dipeluk erat Jean yang kembalimelangkah keruangan hobbynya...

........

“Bagaimana denganmu dan Jean, J ?”
“Kami baik-baik saja, ayah. Saya pikir kami bisa menjadi kakak dan adik yang rukun” jawab J pelan sambil mengikuti ayah barunya, Jeremy berjalan.
Jeremy terhenti, “Jangan lupa, kau tak boleh memiliki perasaan cinta lawan jenis. Kuperingatkan, kalian berdua adalah saudara sedarah walaupun beda ibu...”
Perkataan Jeremy itu membuat mulut J terkunci, mengapa ayahnya tiba-tiba bisa berkata seperti itu..
“Apakah kau mengerti ?”
“Baiklah, Ayah”

.........

Jean berjalan menyelusuri koridor menuju kamarnya, beberapa saat ia terpaku melihat kamar J yang tepat berada didepan kamarnya namun akhirnya ia menghela napas dan masuk kedalam kamar.

“Ada apa ? Apakah kau begitu kesepian tanpaku ?” tanya J penuh jahil dari belakang, Jean kaget bukan main melihat J beridiri tepat dibelakangnya.

Jean mulai salah tingkah apa yang harus dilakukannya, ia terpaksa berbohong da berusaha keras menyembunyikan muka merah serta jantung yang berdetak kencang ini, “Nggak kok,aku hanya lega nggak ada kamu. Aku mah baik-baik aja tanpamu. Aku lega karena kamu nggak bakalan pulang ampe besok, eh nyatanya malah uda pulang sekarang..”

“Begitu ? Aku tidak berniat pulang kok. Aku hanya kembali untuk mengambil handphoneku”

Hah ? Dia hanya pulang untuk mengambil handphone ? Emang punya cuman satu ? Lagian ini kan uda jam 10 malam.. Kenapa ga tidur dirumah aja baru besok kembali kerja lagi. Toh ga perlu buru-buru buat menandingi aku. Tapi mungkin aja dia ingin belajar lebih banyak.. Jean sedikit takut dengan pikirannya, lebih parah lagi ketika ia mengingat bahwa J speertinya memilih kelebihan segala sesuatu yang dilihat dan didengarnya. Ia takut bahwa J benar-benar ingin menyingkirkannya. Dan entah mengapa, ia juga tak ingin J meninggalkannya hari ini...

“Kenapa haru balik lagi ? Sekarang kan sudahpukul 10 malam. Kau harus istirahat.”
Perkataan J itu membuat J berbalik, melihat mata Jean yang tak tenang. Ia pun tersenyum ramah.

“Benar kan kau kangen padaku ? Baiklah aku takkan pergi lagi, tapi karena itu kamu harus menemani aku makan. Aku lapar sekali, belum makan dari tadi siang.. “

Jean hanya tersenyum senang, “Baiklah ! Kau harus mandi sebelum makan. Karena kan sangat bau, kakak.. Aku akan menyuruh Bi Maria untuk memasakkan makanan, kau ingin makan apa ?”

“Aku tak ingin makanan yang dimasakkan koki, aku ingin kau ingin yang memasakkan sesuatu untukku...”

“Heh ? Aku ? Aku tak bisa memasak ! Aku bisa melakukan segalannya asal bukan memasak.. Karena aku tak bisa memasak, dan tak diperbolehkan memasak..”

J memutar bola matanya, “Baiklah.. Aku akan mengajarmu memasak setelah aku mandi. Masuk lah kedalam kamarku..”

Jean mengikuti J masik kedalam kamarnya, kamar J terlihat sangat Hi-Tech dan mewah.
“Kamu bisa duduk disana, tunggu sebentar.. Aku takkan lama..”
Jean hanya tersenyum dan akhirnya beberapa saat kemudian bayangan J tak terlihat lagi.. Ia mengitari kamar J.. Kamar itu terasa kaku, kukira tak ada barang pribadi mungkin karena baru pindah kemarin. Jean masuk kedalam kamar J, kamar yang desainnya hampir sama seperti kamarnya. Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendapati sebuah pigura. Pigura yang menceritakan seorang bocah laki-laki tersenyum senang dipangkuan ibunya.

Wamita yang cantik pikir Jean. Apakah wanita itu ibu J ? Seoarang wanita yang telah merebut ayahnya dari pelukan ibunya dan juga dia. Wanita yang membuat Jean tak dapat merasakan kasih sayang ayahnya ? Wanita yang...

“JEAN ! DIMANA KAU ?”
Jean tersadar dari pikiran negatifnya, ia pun beranjak keluar dan mendapati J dibalut dengan pakaian elegannya.
“Ayo.. Kamu pasti sangat lapar. Aku akan belajar yang cepat, dan akan memasakkan makanan yang etrenak yang pernah kau makan...”

..........

Jean asyik memperhatikkan kakaknya yang meringis pelan ketika melihat makanan yang dimasak adik barunya. Nasi goreng yang... hangus..
“Kenapa kak ? Nggak enak atau enak ? Itu spesial loh, dibuatnya pake cinta” kata Jean yang semakin membuat kening J berkerut..
“ Baiklah, itu kan nasi goreng yang pertama kali kumasak.. Nasi goreng yang hancur, sebentar.. Aku bawa nasi goreng spesial buatanku..”
J terbengong melihat adiknya, ia kira memang tak mungkin megajar memasak adiknya hanya dalam beberapa menit. Namun J sedikit terkagum ketika Jean kembali lagi dengan sebuah telur dadar diatasnya..
“Kok cuman telur ?”
“Makan dulu ! Namanya spesial, penuh dengan kejutan..”
J menyendokkan sendok ke telur itu, dan mendapati nasi goreng keluar dari dalam telur dadar itu. Ternyata ada didalam situ, ia pun menyuapkan nasi goreng telur dadar itu kedalam mulutnya..
“Enak.. Kau hebat ! Ini nasi goreng terenak yang pernah kumakan..” kata J dengan tersenyum dan mulut penuh.. Ia buru-buru memakan nasi goreng itu dengan lahap. Jean tersenyum melihat akan hal itu, mungkin ada benarnya ia sering memperhatikan Bi Maria saat ia masih kecil. Jadi ia sedikit tau bagaimana cara membuat nasi goreng kesukaannya itu..

Makan malam itu berlangsung dengan penuh tawa dan senyum, sungguh suatu kemajuan bagi mereka untuk tidak saling mencela dalam ebebrapa menit. Namun mereka sepertinya bisa manjadi kakak adik yang cukup akrab.

..........

“Maaf, sudah membuatmu baru kembali kekamarmu sangat larut. Sudah, tidur sana..”
“Iya, J.. Kau juga harus istirahat. Kau perlu banyak tenaga, selamat tidur. Semoga tidurmu nyenyak.” Kata Jean sambil berbalik dan membuka pintu kamarnya.
Beberapa saat kemudian, napas Jean terhenti. Ketika ia merasakan sesuatu yang hangat dipunggungnya, ia merasakan bahwa.. Seseorang memeluknya..

“J ? Kak J ?”
“Jean, biarkan aku memelukmu beberapa saat saja...” ucapnya pelan. Perlahan peluknya semakin kuat, Jean hampir dibuatnya amsti kehabisan oksigen. Namun Jean membiarkan kakaknya itu memeluknya, beberapa saat kemudian ia berbalik dan membalas pelukannya.

“Pasti berat ya bertemu dengan ayah ? Jangan terlalu bekerja keras, J.. Aku mengkhawatirkanmu..”
J memeluk Jean dengan mata tertutup, ia merasakan.. Ia merasakan bahwa sesuatu yang hilang dari dirinya tlah kembali. Merasa kehampaan yang ada disudut tergelap hatinya perlahan terisi kembali. Ia merasakan kehangatan yang sudah lama tak dapat ia rasakan.

Perlahan J mereganggakan pelukannya, ia sadar bahwa tak seharusnya melakukan hal ini... Ia menatap Jean yang berada didepannya, “Terimakasih sudah mau menghiburku.. Tidurlah, semoga mimpimu indah..” kata J sambil mengecup kening Jean lalu mendorong Jean masuk kedalam kamarnya..

“Ciuman selamat malam.. Semoga mimpimu indah, adikku tersayang...”

........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar