Halaman

Rabu, 10 November 2010

(CERPEN) UNFORGETABLE MEMORIES - M.D.S

Aku menitikkan air mata, langit merah ke-jinggaan serta angin sepoi-sepoi merindingkan kalbuku..
“Kenapa ? Kenapa harus kamu ? Kenapa bukan aku?”
Wajah yang terbaring disampingku terseyum, mata kecoklatannya takkan lagi terlihat.. Air mataku terus jatuh ke wajahnya, wajah pucat pasi namun bahagia itu..

“Kenapa sih kamu selalu nge-ganggu-in aku? Ga ada kerjaan ya ?” Bentakku pada pria kekar dihadapanku ini.. Rambutnya cepak kecoklatan dan seragam putih-abu-abunya tidak tertata rapi..
Pria itu memajukan lagi mukanya “Memangnya kenapa ? Nggak boleh ya ada cowok dekat sama kamu ? Hah ? Valeria Lilia ?”
“Tapi ga harus kamu kan ? Masih banyak cowok keren yang mau nge-ganggu-in aku kali, Jeremy Scoot !!”
“Kalian !! Para blasteran, ngapain sih kalian berantem didepan umum gini ? Ga pada malu apa ya ?” Kata Hana pelan sambil memisahkan kami berdua, aku langsung membelakangi cowok nyebelin sedunia ini ! Dasar mi goreng ! Kartu remi ! Apa ga ada orang yang bisa dia gangguin !
Aku meninggalkan tempat, dan mulai berjalan cepat. Pokoknya aku harus bebas hari ini dari dia, males deh mesti kayak anak TK berantem hari ini !!
“Heh Lilia !! Bunga Lily !! Takut ya?” Tantang Jeremy keras dari belakang.. Aku hanya diam dan terus berjan lurus..

Aku menatap sunset dari balik jendela kamarku, perlahan kubuka jendela itu dan kumerasakan bunyi desiran ombak dan juga angin laut.. Begitu menyegarkan !!
“Hey bunga lily !! Sapu lidi deh.. Ngapain menatap keluar gitu aja !! Turun dong !!”
Halah !! Lagi-lagi mi kuah itu !! Ngapain sih juga dia pindah kerumah kosong sebelah rumahku.. Tuhan memang kasih cobaan berat kali ya, sama aku..
Aku menuruni tangga, dan sampai kelantai satu. Kubuka pintu putih besar itu dan mendapati Jeremy membawa sebuah kotak kecil bewarna coklat. Apa ya isinya?
“Apaan itu?” Kataku sambil menunjuk barang yang digenggamnya, ia ikut melirik barangnya lalu tersenyum.
“Untukmu..” Katanya sambil mengedipkan mata, aku mengulurkan tanganku untuk menerima hadiahnya, lalu membuka pelan..
“Bisa ga sih, ga usah se-iseng ini.. !! Kalau mau kasih bunga lily ya bunga lily aja !! Ga perlu pakai lidi !!” Bentakku sambil melempar kotak dan seisinya kewajah Jeremy..
“Kapan sih kamu berhenti nge-ganggu-in aku, mi kuah ??”
Jeremy cengengesan pelan sambil menutup mulutnya untuk menahan senyum sesekali, lalu dengan memantapkan diri ia memajukan langkahnya kearahku lalu menunjuk dahiku..
“Sampai otakmu ini dapat mengingat semua masa lalu yang t’lah kamu lupakan.”
Aku berkacak pinggang, mulai marah “Kalau aku bisa, aku juga pingin mengingat semuanya, namun kecelakaan 3 tahun yang lalu merengut segalanya.. !! Lagipula, Itu bukan urusan kamu kan ? Udah !! Sana balik kerumahmu !! Aku mau masuk !”
Aku menutup pintu dengan membantingnya, lalu menguncinya sampai 3 kali.. Aku tersandar lunglai dibalik pintu, lalu mulai menitikkan air mata..
“Aku juga mau ingat.. Tapi aku tidak bisa mengingat.. Siapa sebenarnya kamu ? Kenapa kau datang tiba-tiba dan memaksaku mengingat kenangan yang tak bisa kuingat itu? ” Tanyaku dalam hati, lalu mengusap air mata dan kembali kekamar sambil berlari..

Jeremy berlari kecil dari ujung koridor ke ujungnya lagi untuk menghampiriku.. Kali ini dia membawa sebuah lolipop, baik juga dia.. Aku mengambilnya lalu membuka bungkusannya.. Dan.. Aku memakannya.. Beberapa saat mengemut, Jeremy hanya bisa diam dan mencoba menahan senyumnya.. Dan akhirnya aku tahu maksud mengapa ia memberi lolipop..
“Bakmi !! Apaan sih kamu !! Ku kira kamu uda berubah.. Tapi.. Hikks !! Air, Air !”
Aku meneguk botol air putih yang diberikan Jeremy tanpa pikir panjang lagi, setelah menghabiskan setengah botol, aku menahan tangis dan menarik napas panjang beberapa kali.. Setelah yakin diri sendiri tenang, aku menatap Jeremy dengan sangat tajam, siap melawan..
“Hei bakmi !! Atau pun kartu remi !! Kalau mau berbuat jahat jangan cuman sama aku aja dong !! Ngapain coba kamu ngasih aku lolipop pakai cabe di dalamnya !! Pokoknya !! Aku ga bakalan maafin kamu !! Sampai selamanya !! ”
Telunjukku hampir menyentuh wajah najisnya !!! Aku membuang muka dan berjalan meninggalkan Jeremy yang sepertinya masih asyik tertawa.. Dia pikir dia siapa ? Berani mengerjaiku, lihat saja nanti !

Hari itu panas terik pasti akan membuat semua orang berlari kedalam ruangan dingin untuk berdingin ria, namun tidak pada siswa-siswi SMA Amerama. Hari itu ada pertandingan persahabatan basket seru, dan sangat ditunggu-tunggu para murid. Karena selain mengambil waktu belajar, penuh orang keren serta atletis disana.
Namun aku tidak bahagia seperti mereka, ganteng sih ganteng... Tapi kenapa harus ada di bakmi diantara para orang keren itu.. Kenapa dia harus jadi kapten tim basket inti kita ? Padahal baru datang tahun ini ?!!
“Jeremy..Jeremy.. Amerama High School !! Go.. Go..Go !!!” Seru khalayak tak kalah seru dari pihak lawan. Bola memantul tak ada hentinya, suara masuknya bola diikuti teriakan kemenangan dan juga kekecewaan..
Jeremy mendrible bola, dan berhasil mengecoh lawan.. Saat ia ingin me-nge-shoot, dihadang oleh pihak lawan. Tapi entah kebetulan atau disengeja, bola itu terpantul keras dan meluncur cepat kearahku, dan sudah bisa diduga beberapa saat kemudian bola itu membentur pelipisku dan akhirnya semuanya menjadi gelap.

“Hahaha.. Ini minum.. Pedas ya lolipopnya ?” Candaku sambil memberikan botol air mineral kepada anak cowok dihadapanku. Ia meminum cepat, lalu tersenyum pahit tak bisa membalasku.
Kenangan lamaku kah ini ? Ini bukannya saat aku ber-umur 13 tahun ? Siapa kah anak cowok kecil yang kujahili itu ? Apakah bakmi? Mengapa mirip dengan bakmi?

Aku membuka mata perlahan, langit-langit ruangan itu buram. Setelah penglihatan serta kesadaran ku kembali, aku menengok kesamping. Sepertinya sudah malam. Disampingku, seorang pria rambut cepak sedang tertidur sambil menggenggam tanganku. Ya ampun, bakmi ? Kenapa dia ? Merasa bersalah sampai harus menungguku disini?
Aku menarik tanganku, tapi dia menggenggam tanganku lebih kuat lagi..
“Maafkan aku.. Aku... Maafkan aku... Tak bisa melindungimu. ” Erang Jeremy dalam tidurnya, ia sambil semakin keras menggenggam tanganku.. Kulihat ia meneteskan air mata, dan terlihat sangat tersiksa. Aku memberanikan diri untuk membangunkan-nya..
“Jer.. Jeremy.. Bangun”
Jeremy mengangkat wajahnya, ia memperlihatkan wajah paling konyol dan terjelek yang pernah kulihat..
“Hahaha... Kamu !! Berwajah sangat berantakan !! Liurmu tuh.. Sangat menjijikan..” Aku tertawa sekeras mungkin, berusaha mengerjainya.. Ia bereaksi seperti yang kuinginkan, mengambil tisiu lalu mengelap mulutnya dan akhirnya tertunduk untuk menyembunyikan wajah merah masamnya.
Aku terus tertawa, lalu ia mengangkat wajahku dan memegang pelipisku.
“Kamu baik-baik saja ?”
Aku menepis tangannya cepat “Iya, uda baikkan. Ga usah sebegitu perhatiannya deh.. Ayo pulang..”
Aku menurunkan kakiku, dan berusaha untuk berjalan, namun kakiku masih belum kuat dan akhirnya oleng. Jeremy menangkap dan mendekapku dalam pelukannya.
“Kamu kuat ? Sini, aku papah ajah..”
Aku membiarkannya memapapahku sampai kedalam mobilnya, mobil BMW putih terbaru.. Keren juga nih..!
Lalu dengan cepat, kami melesat pergi.

Aku terbaring termenung, memandangi langit-langit putih krem itu.. Aku kembali mengingat mimpi tadi.. Apakah tadi itu adalah masa laluku ? Apakah bakmi adalah bagian dari masa laluku yang begitu penting? Kenapa jadi kayak gini sih ?
Aku meronta-ronta tak tahan di tempat tidurku, pusing dengan pikiranku dan bingung dengan hatiku. Terus bertanya mengapa semua ini terjadi dan mengapa aku bisa melupakannya begitu mudah.. Beberapa menit kemudian setelah merasa pusing sendiri, aku menutup mata dan teridur.

“Lily !! Kamu kan murid teladan !! Bisa-bisanya kamu tidak mengerjakan PR ?”
Bu Yanti memarahiku habis-habisan. Bisa-bisanya aku lupa PR pelajaran matematika, ini pasti karena kepalaku sakit. Tadi aku telat lagi.
“Maaf bu, kemarin kepala saya kena bola basket jadi malem baru sadar, dan waktu pulang langsung istirahat jadi saya tidak mengerjakan PR” Rengekku dengan muka memelas. Sepertinya Bu Yanti masuk perangkapku, kataku bangga dalam hati.
“Baiklah, sana kamu duduk kembali”
Aku berjalan ketempat dudukku, aku melihat Jeremy di setrap didepan dengan beberapa orang yang disetrap karena tak mengerjakan PR. Ia tidak membela dirinya, dan terus diam saat ditanyai. Itu sih ! Makanya jangan ngusilin orang terus, makanya kena hukumannya sendiri !
Aku tersenyum kejam, Jeremy hanya diam sok mengalah lalu menunduk kebawah. Akhirnya pelajaran pun dimulai.

“Enak disetrap, mi goreng ?” Ledekku sambil bersandar di dinding.
Jeremy berhenti berjalan sejenak, berbalik melihatku, lalu menatap dalam mataku. Aku memalingkan mata sedangkan dia berbalik berjalan.
Aku memegang pundaknya, seolah menahannya pergi, “Heh ? Marah ya ? Jangan ngambekkan gitu dong jadi cowok !”
“Bukannya kamu sendiri ya yang bilang untuk berhenti ngusilin kamu. Giliran aku diam, kamu yang nge-gangguin aku.. !!”
Aku diam sejenak, namun aku kembali membuka mulut, “Ga adil dong ! Waktu aku mau balik nge-ganggu-in kamu, kamu malah ga nanggepin gitu.. “
“Aku uda bosan” Katanya dingin, aku melepaskan tanganku lemas. Jeremy berjalan menjauh. Dasar cowok nyebelin ! Ga adil !!!

“Lily.. Jangan jalan jauh-jauh.. Nanti kamu jatuh.. !!”
“Kamu kan anak cowok masa kayak mama aja sih nasehatin aku..!!”
Aku terus berlari, anak cowok pada mimpi sebelum itu juga mengejarku. Kami bermain di suatu taman luas penuh dengan bunga lily, tempat itu sangat nyaman dan hangat.
“Lily... Jangan keluar gerbang dong.. Aku takut.”
Aku mencibir mengejek, terus berlari keluar dan anak cowok itu masih terus mengejar.
“Kenapa kamu takut ? Nih lihat. Aku uda berdiri ditengah jalan begini tapi ga ada apa-apa kan ?” Ejekku tambah menjadi, anak cowok itu masih saja terlihat was-was melihat sekeliling jalan.
Tiba-tiba sebuah truk dengan kecepatan sangat tinggi berjalan kearahku, terasa cepat dan mengalir.

“Tidak !!!”
Seisi kelas menoleh kepadaku. Aku mengangkat wajahku yang sangat pucat, aku merasakan sekujur tubuhku kaku dan dingin.
Jeremy memandangku. Aku bingung tatapan apa itu ? Takut ? Bingung? Khawatir ? Atau apa ?
“Lily.. Ada apa kamu ? Bukannya saya sudah beri waktu tidur nyenyak, tapi berani-beraninya kamu menggangu kelas saya !” Teriak Pak Donald sambil berkacak pinggang.
“Kamu tidak apa-apa bukan ?” kata Pak Donald melanjutkan ketika melihatku diam dengan wajah pucat.
“Tidak apa-apa, pak. Saya hanya kurang sehat. Saya ijin ke UKS.”
“Perlu dibantu? Jeremy, sini kamu. Papah Lilia ke UKS.”
Jeremy berdiri, berjalan kearahku. Aku mengelak, namun ia bersikeras untuk membantuku. Aku lemah. Aku hanya bisa menerimanya..


“Kamu sakit ? Mau minum obat ?”
“Tidak, terima kasih. Kamu bisa kembali, Jer.” Kataku sambil tersenyum memaksa, aku menutup mataku berusaha untuk tidur untuk mengetahui cerita kelanjutan mimpi itu.
Aku kembali membuka mata lagi, tak tahan karena bakmi tetap berada disebelahku.
“Kamu bisa kembali kataku!”
Ia tersenyum, ”Aku tidak ingin kembali. Untuk apa kembali ke kelas fisika itu jika aku bisa bolos untuk menemanimu disini..”
“Oh begitu... Ya tapi ga harus nge-gangguin orang mau istirahat disini dong..” Rengekku pelan
“Aku kan dari tadi disini cuman nge-lihatin kamu! Aku nge-gangguin apa coba ?” Balasnya tak mau mengalah..
“Jelas sangat meng-ganggu. Dilihat fans sampai sebegitunya itu sangat menjijikan..”
Air muka Jeremy berubah, menjadi santai dan berpura-pura untuk jijik, “Siapa juga yang mau nge-fans sama kamu. Saya cuma menjalankan kewajiban disini !?”
Aku tertawa terbahak-bahak melihat air muka sok serius Jeremy itu, ia pun akhirnya ikut tertawa bersamaku.
Suasana kembali hening. Aku membuka topik baru, “Jeremy.. Aku boleh nanya sesuatu gak “
Jeremy menutup mulutnya, mencegah tertawa lalu tersenyum, “Sadar tidak bahwa kita tidak saling mengolok satu sama lain. Boleh, apa pun boleh kamu tanya.”
Aku menganguk lalu mulai bertanya, “Mengapa kamu sangat ingin tau masa laluku ? Mengapa kamu ingin aku mengingatmu ?”
Tingkah laku Jeremy mulai aneh, ia duduk kaku dan hanya diam terpaku melihatku.
“Hei Jeremy, jawab aku!”
“Eng.. Aku... Aku hanya bagian dari masa lalumu yang ingin kamu ingat saja..”
Ia mengambil headshet dan memasangnya di telinga, “Kamu istirahat saja. Aku mau mendengar musik..”
Aku patuh mendengarnya, beberapa saat kemudian aku tertidur lelap.

Suara gitar terpantul dalam gendang telingaku, suara merdu juga bernari-nari indah ditangga nada yang pas. Aku mengikuti asal bunyi itu, aku keluar dari dalam rumah dan mendapati Jeremy sedang bermain gitar diteras sambil bernyanyi..
“Jeremy !!! Main gitar bagus banget ! Ajarin aku, dong... !!” Teriakku memuji.
Ia berhenti main gitar dan memalingkan wajahnya kearahku, ia tersenyum lalu melambai-lambai.
“Kemari !!” Teriaknya samar-samar teredam suara desiran ombak yang begitu keras, aku tetap dapat mendengarnya lalu berlari kearah teras rumahnya.
“Kamu bisa main gitar ? Aku baru tau...” Kataku sambil menganguk bangga.
“Kamu nggak pernah mau cari tau, makanya nggak tau. Anak satu sekolah mungkin uda tahu kalau kapten basket inti mereka bisa main gitar.”
“Ya mereka kan fansmu, jadi mereka cari tahu. Sedangkan kamu kan fansku makanya dekat-dekat aku terus.”
Dia tertawa keras, aku juga mengikutinya diikuti angin yang begitu keras menerpa rambutku hingga berantakan.
Langit berubah dengan cepat, langit cerah tadi sudah tidak ada digantikan oleh warna hitam samar-samar yang menutupi indahnya sunset.
“Aku harus pulang, mataku nggak begitu baik saat malam.”
“Hati-hati!” Kata Jeremy sambil melambaikan tangannya.
Belum lama aku berjalan, aku sudah tersandung batu. Tidak !! Aku bakal jatuh dan menghantam lantai yang keras !!
“Heh ?”
Aku tidak merasakan sakit sedikit pun, perasaan hangat dan nyaman lah yang menyergap ragaku. Aku perlahan membuka mata. Aku mendapati diriku dalam pelukan Jeremy. Sesegera mungkin aku berdiri.
“Baru aja dibilang hati-hati, sudah jatuh duluan. Aku anterin ajah deh, daripada kamu nanti nangis karena jatuh”
Lagi-lagi aku menurut, kami berdua berjalan bergandengan tangan menjauhi rumah Jeremy yang dari tadi terlihat sepi.
“Jeremy, orangtua-mu kemana ?”
“Mereka kerja diluar negeri.” Jawab Jeremy singkat.
“Sama dong...” Balasku menanggapi, ia hanya sekilas tersenyum.
Kami sampai didepan pintu rumahku, aku membukanya lalu mengucapkan selamat malam dan akhirnya masuk kedalam rumah setelah bayangan Jeremy tak terlihat lagi.

Keesokan harinya, aku sampai disekolah, dan mendapati bangku Jeremy tak terisi. Aku terus menjalankan rutinitasku seperti biasa. Hari terasa sangat membosankan.
“Hayo.. Ngapain ? Bengongin tunangan ya ?”
“Hana !!! Kaget aku !!! Ngapain sih aku mikirin Jeremy !! Kayak nggak ada kerjaan aja...” Bentakku tak mau kalah.
“Lah ? Aku kan nggak bilang Jeremy, aku bilangnya tunanganmu.. Hayo.. Beneran ya kangen sama musuh bubuyutanmu..”
Hana menampakkan senyum paling usilnya itu, aku terdiam sepi tak tahu mau membalas apa lagi. Aku memang kalah kali ini, mengapa ? Kenapa aku harus begitu lemah sekarang ? Kenapa? Cuman gara-gara nggak ada mi goreng atau mi kuah, bakmi bahkan si kartu remi itu !!??
Aku berdiri, pandangan ku kosong. Meninggalkan tempat itu, Hana mengikutiku dari belakang dengan jutaan gosipnya...
“VALERIA !! LILIA !! TRUK DIBELAKANGMU !!!! SADAR !!!”
Aku tersadar dari lamunanku, aku berada ditengah jalan. Truk itu berada dibelakangku, dengan kecepatan tinggi. Aku tersadar dan melompat kepinggir, terjatuh dan lututku berdarah-darah...

“Kenapa kamu takut ? Nih lihat. Aku udah berdiri ditengah jalan begini tapi ga ada apa-apa kan?” Ejekku tambah menjadi, anak cowok itu masih saja terlihat was-was melihat sekeliling jalan.
Tiba-tiba sebuah truk dengan kecepatan sangat tinggi berjalan kearahku,terasa cepat dan mengalir.
“Lily.. Menyingkir !!!”
“Jeremy.. Jangan! Nanti kamu tertabrak juga.” Anak laki-laki itu melindungiku begitu kuat. Truk itu semakin mendekat.
“BRUAKK !!!”
Tubuhku terasa begitu sakit, sampai mati rasa. Mata ini berkunang-kunang. Samar-samar aku melihat dengan begitu susah payah anak laki-laki itu berjalan kearahku dengan penuh darah, lalu memelukku..
“Maaf, aku tak bisa melindungimu.”
Lalu semuanya menjadi gelap.
Aku menutup setengah mukaku, air mata tak tertahankan lagi untuk tumpah. Pipi memerah, dan badanku berkeringat.
“Lily.. Kamu baik-baik saja ?”
Aku berdiri, dan berlari sekuat tenaga kearah mobil.
“Ya Tuhan !! Kenapa aku bisa melupakan Jeremy ?”
Semua kunci.. Kartu AS dari semua ini, misteri dalam hidupku ini, hanyalah Jeremy!

Aku sampai kedepan rumah Jeremy, aku merapikan dandanan-ku sedikit lalu dengan berani memencet bel rumah. Tidak ada reaksi apa pun, aku berusaha mengitari rumah dan sampai pada halaman belakang rumah Jeremy. Angin terus menerpa rambutku. Di sebuah kursi pantai, Jeremy terbaring.
Ia mengetahui kedatanganku, ia berbalik dan tersenyum. Mukanya sangat pucat.
“Jeremy, kamu kenapa ?”
Ia bersusah payah berusaha untuk duduk, matanya sayu tak tertahankan.
Aku berjalan kearahnya dengan mata yang berkaca-kaca, ia menatapku heran.
“Aku sudah ingat semuanya. Aku sudah ingat semuanya, bakmi !!! Kenapa kamu begitu jahat sehingga tak memberitahuku ?”
“Bukannya lebih baik mengetahuinya sendiri daripada mengetahuinya dari orang lain..”
Aku menitikkan air mata.. Ia mengangkat tangannya, lalu menghapus air mataku.
“Aku bersyukur kamu bisa mengingat segalanya, Lily. Sebelum waktuku tiba.. Tuhan sangat baik kepadaku...”
Aku menatapnya serius, bukan main.Tak ada sebersit senyum canda disana, apa maksud dari katanya itu ?
“Apa maksud katamu itu, Mi goreng ?” Bentakku keras, sambil menarik kerah baju yang dipakai Jeremy.
Jeremy memegang pelan tanganku, aku melepaskan kerahnya dan ia menggandeng tanganku lembut. “Aku sungguh-sungguh. Aku menderita gegar otak yang cukup parah, dan semakin hari semakin parah. Harusnya, waktu itu. Aku sudah mati, namun Tuhan berkehendak lain. Ia memberiku misi untuk membuatmu ingat kembali masa lalu kita itu, mengingatku kembali..”
Air mata ini sungguh tak tertahankan, hatiku sungguh perih tak dapat diungkapkan.
“Kamu bercanda bukan ?” Teriakku semakin keras, aku tau.. Aku sudah tau jawabannya, tapi mulut ini tak dapat berhenti mengatakan kata penolakan itu. Hati ini tak mampu menghentikan rasa tak terima itu walau otak logika sudah menerimanya.
“Aku senang kau sudah mengingatku. Aku senang kamu sudah mengingat masa-masa kita dulu. Kamu yang selalu menjahiliku, aku yang selalu manja dan menurut padamu. Namun dalam hatiku aku terus ingin melindungimu sampai kapan pun.”
Jeremy mengecup keningku, lalu memberiku i-pod nya.. Dan dengan lunglai, tangannya terjatuh.
“Jangan menangis, dan kuatlah. Karena aku akan selalu bersamamu.. Aku mencintaimu.. Selamat tinggal”
Aku menitikkan air mata, langit merah ke-jinggaan serta angin sepoi-sepoi merindingkan kalbuku..
“Kenapa ? Kenapa harus kamu ? Kenapa bukan aku?”
Wajah yang terbaring disampingku terseyum, mata kecoklatannya takkan lagi terlihat.. Air mataku terus jatuh ke wajahnya, wajah pucat pasi namun bahagia itu..
Aku tertunduk tak kuat dengan wajah berhias air mata.. Aku menghapus air mataku, dan memasang headshet i-pod Jeremy ketelingaku..~~

Mungkin aku lemah.. Tak berdaya..
Melawan takdir yang begitu menyakitkan..
Mungkin ku takkan pernah bisa membahagiakanmu...
Namun ada satu hal yang ingin aku kau tahu..
Aku selalu disisimu, berusaha melindungimu.
Tak peduli kau tau atau tidak..
Ku kan selalu menopangmu...
Walau kau tlah melupakan segalanya..
Hati dan jiwa raga ini..
Kan terus mengingatmu..
Mengingat segala kenangan yang takkan terlupakan itu...

Aku menangis kuat, dan semakin kuat.. Dan berteriak sekencang-kencangnya.. Walau tau desiran ombak akan meredamkannya.. Tubuh ini lunglai tak berdaya saat mendengar lagu merdu ini... “Kenapa ?”
“Takdir Tuhan, Lily.. Kuat lah... Aku tau kau seperti Bunga Lily yang suci, manis, sederhana,cantik.. Walaupun kau rapuh, tapi tetaplah tegar.. Karena ku kan terus bersamamu.. Untuk selamanya...”Bisikan itu meringankan hatiku..
Aku melihat langit, berusaha sambil tersenyum secantik mungkin.
“Terima kasih dan maafkan aku.. Semoga kau bahagia disana, Jeremy”
-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar